Telah banyak tips dan saran yang kita terima dari mereka
yang berpengalaman mengenai cara memilih pasangan hidup secara bijaksana. Tapi,
yang juga tak kalah penting anda ketahui, adalah bahwa perkawinan yang bahagia
ternyata berefek positif terhadap kesehatan, begitupun sebaliknya—menurut
sebuah penelitian terkini.
Jantung Permasalahan
Baker tahu betul
masalah ini: Ia telah melakukan sejumlah studi sepanjang dekade lalu mengenai
efek ketegangan dalam perkawinan dengan kesehatan kardiovaskular. Salah satu
studinya yang terkini meneliti sejumlah pria dan wanita dengan tekanan darah
pada ambang batas tinggi dan didapati bahwa ternyata kenaikan tekanan darah itu
berhubungan langsung dengan apa yang disebutnya sebagai ‘gesekan dalam
perkawinan’. "Penelitian kami mendapati bahwa jika perkawinan anda bermasalah,
lebih baik anda menjauhi pasangan anda—karena jika anda tetap bersama pasangan
anda, tekanan darah anda akan meningkat dan jika anda menjauhinya tekanan darah
akan menurun," jelas Baker. Hal sebaliknya akan terjadi pada perkawinan
yang bahagia. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pasangan dalam perkawinan
yang bahagia memiliki dinding jantung yang lebih tipis dibanding pada
perkawinan yang bermasalah, dan dinding jantung yang tebal mengindikasikan
tekanan darah tinggi.
Sejauh ini penelitian yang
dilakukan memang baru berkisar seputar efek kardiovaskular, namun tidak
tertutup kemungkinan ada kelebihan dan kekurangan dalam perkawinan yang juga
berpengaruh pada kesehatan. Salah satunya, menurut Baker, adalah bagaimana
tubuh mengatasi stress (dalam perkawinan) dan cara stress tersebut
memanifestasikan diri dan mempengaruhi sistem-sistem dalam tubuh. Dan efeknya
dapat berupa perubahan dalam sistem kekebalan tubuh, depresi, gangguan
pencernaan, gatal-gatal atau gangguan emosi seperti kecemasan berlebih, dan lain-lain.
Keuntungan dari
Perkawinan yang Diberkati
Penelitian Baker
tersebut menambah hasil dari penelitian-penelitian lain tentang efek perkawinan
pada kesehatan yang kian berkembang. Sebagai contoh, salah satu penelitian
menunjukkan bahwa stress pada perkawinan dapat menggandakan resiko menderita
diabetes. Penelitian lain di Swedia menemukan bahwa wanita yang mengalami
distress perkawinan memiliki resiko tiga kali lipat untuk mendapat serangan
jantung yang kedua kalinya. Sementara penelitian ketiga mendapati bahwa
interaksi positif dalam perkawinan dapat memacu sistem kekebalan tubuh dan
mengurangi resiko penyakit jantung karena kadar hormon stress-nya menurun.
"Keuntungannya adalah
peningkatan kualitas kesehatan fisik, meningkatnya ketahanan tubuh terhadap
infeksi dan menurunnya kecenderungan untuk mati karena penyakit jantung,
kanker, dan penyakit penyebab utama kematian lainnya," ujar John Gottman,
PhD, seorang psikolog. "Keuntungan lain untuk kesehatan adalah panjang
umur: Orang cenderung lebih panjang umur jika mereka terikat dalam sebuah
perkawinan, terutama bila perkawinannya bahagia." Gottman, yang dianggap
oleh banyak koleganya sebagai pionir di bidang penelitian seputar perkawinan,
adalah seorang professor psikologi University
of Washington , Seattle ."Keuntungan tersebut dapat
dibagi menjadi keuntungan bagi kesehatan fisik dan kesejahteraan mental,"
jelas Gottman. "Kecenderungan Anda untuk mengalami depresi, gangguan
kecemasan, psikosis, stress paskatrauma dan fobia menjadi lebih kecil. Anda
juga akan lebih jarang mengalami kecelakaan."
Tapi proses ini dapat
berbalik jika ikatannya memudar karena suatu sebab. Bila salah satu pasangan
meninggal, contohnya, seringkali pasangan lain tak lama akan meninggal pula,
atau menderita apa yang disebut sebagai ‘sindroma patah hati’.
"Tercatat proses penurunan yang terjadi pada masa berkabung," tambah
Gottman. "Mereka benar-benar mengalami perkabungan secara fisik dan
tubuhnya memproduksi hormon stress (kortisol), dan banyak sistem dalam tubuhnya
mengalami penurunan fungsi. Pasangan yang ditinggal mati juga menjadi lebih
rentan terhadap semua agen infeksi karena sistem kekebalannya tak bekerja sama
sekali, sehingga ia lebih mudah terserang pneumonia dan tak lama kemudian
meninggal. Selain itu, mereka juga cenderung kehilangan semangat hidup."
Menurut skenario ini, pria lebih sering menjadi pasangan yang menderita
‘sindroma patah hati’. Namun, pria dapat menangguk lebih banyak manfaat dari
perkawinan bagi kesehatannya selama ia hidup, jelas Gottman.
Lebih Banyak Keuntungan
untuk Pria
"Pada
perkawinan yang bahagia, baik pria maupun wanita dapat mengambil keuntungan
yang sama besar untuk kesehatannya; tapi bagi pria, hanya dengan menikah saja
sudah memberinya banyak keuntungan," ujar Gottman. "Salah saatu jalan
dimana perkawinan memberi keuntungan pada pria adalah dengan mengurangi resiko:
Mereka akan cenderung mengurangi aktivitas berbahaya seperti melakukan terjun
bebas atau kebut-kebutan di jalan, mereka mulai memeriksakan kesehatannya dan
makan lebih teratur. Hal ini merupakan sesuatu yang jarang dilakukan pria
lajang, yang hidupnya seringkali serabutan dan tak teratur. "Sementara,
kaum wanita cenderung lebih sedikit terlibat kegiatan-kegiatan yang beresiko,
lebih sering memeriksakan diri ke dokter bila menemukan keluhan fisik, dan
mampu merawat diri lebih baik," jelasnya. "Perbedaan besar lainnya
adalah pria memiliki sistem jaringan penyangga sosial yang payah, sementara
wanita memiliki jaringan penyangga sosial yang hebat."
Kesemuanya itu hanya untuk
menunjukkan betapa pria dapat lebih terawat bila mereka menikah, ujar David
Woodsfellow, PhD, direktur
Center for Relationship
Therapy di Atlanta. "Bila pada peran tradisionalnya pria menjadi
penyangga, peran tersebut sebenarnya lebih tepat disebut sebagai penyangga
keuangan semata," tambahnya. "Dalam peran tradisional tersebut,
wanita-lah yang berperan sebagai penyedia kehangatan, kenyamanan di rumah, dan
seringkali juga penyedia pangan, sandang dan perabot rumah tangga lainnya.
Menurut saya, adalah peran-peran tersebut dan jejak-jejaknya yang berperan
dalam temuan bahwa menikah lebih baik bagi pria.
Menjembatani Perbedaan
Jadi, kini telah
terbukti bahwa perkawinan itu baik bagi kesehatan. Lalu, bagaimana para
pasangan dapat memperoleh keuntungan maksimal dari perkawinan bagi keuda belah
pihak? Woodsfellow menawarkan empat tips berikut untuk menjembatani perbedaan
yang tak dapat dihindari dalam perkawinan serta untuk menjaga perkawinan tetap
sehat dan bahagia.
- Berbicara pada pasangan setiap
hari. "Pastikan anda memahami apa saja yang dialami pasangan anda
hari itu," ujarnya. "Hal itu merupakan salah satu jenis
pemanfaatan waktu yang berkualitas, yaitu memberi perhatian yang tak
terbagi."
- Saling memuji dan mengatakan
hal yang baik tentang pasangan anda. Lakukan hal ini sesering mungkin.
- Coba untuk tidak menolak
pasangan anda. "Bila pasangan membutuhkan anda, cobalah untuk
menanggapinya dan bukannya berbalik memunggunginya, sesibuk apapun
anda," ujar Woodsfellow.
- Kembangkan ritual, kata
rahasia, sinyal rahasia, kebiasaan kecil bersama pasangan anda.
"Hal-hal kecil yang spesial dapat menumbuhkan ikatan yang spesial,
menciptakan saat-saat keintiman khusus," tambahnya.
Semua tentang Komitmen
"Inilah
salah satu manfaat terbesar dari cinta: Ketika dua orang saling mencintai dan
memutuskan untuk membuat komitmen bersama, mereka menjadi amat rentan sekaligus
kuat—karena mereka berdua menjadi amat peduli satu sama lain," ujar
Gottman. "Itulah hebatnya dari segala keuntungan ini: Semuanya disebabkan
karena adanya komitmen yang kuat. (Sari)
0 komentar:
Posting Komentar